Jumat, 13 Mei 2011

MANAJEMEN TEBANG ANGKUT

Untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang tinggi maka manajemen panen

Yaitu pelaksanaan tebang dan angkut tebu menjadi hal yang penting.

Yang perlu mendapat perhatian adalah :

3.1. Bagaimana memenuhi standard-standard yang telah ditetapkan.

- Standard Tebu layak tebang

· Tebu sudah masak , diketahui melalui analisa pendahuluan / analisa kemasakan atau dengan pengukuran kadar brix dengan hand refraktometer bagi tanaman TRM.

· Kebun sudah diklentek bersih (di Jawa) agar aerasi dalam kebun sempurna yang dapat memacu kemasakan tebu. Klentekan ini lebih efektif dibandingkan aplikasi ZPK yang kurang benar.

· Keadaan lahan / tanah sudah kering sehingga alat angkut (truck) dapat memasuki lahan tanpa ada hambatan.

- Standard MSB ( Masak , Segar dan Bersih )

o Masak berarti rendemen bagian bawah dan atas hampir sama atau angka FK mendekati angka 25 (30)

o Kemasakan dipengaruhi oleh : sifat genetic varietas yang ditanam ,umur tebu pada saat ditebang dan kondisi iklim/cuaca saat panen.

o Segar artinya masa tunggu sejak tebu ditebang sampai digiling paling lambat 20 Jam ( dulu 36 jam). Tebu segera diangkut ke PG dan digiling sesuai dengan urutan (FIFO) tebu masuk.

o Bersih berarti terbebas dari kotoran bukan tebu berupa :

- Sogolan kurang dari 1,5 meter harus ditinggal dikebun.

- Pucukan harus dipotong 2 stek untuk bibit sulaman.

- Akar , tanah , daduk tidak boleh terikut (harus dibersihkan)

3.2. Penyiapan tenaga tebang atau menggunakan mesin tebang (Harverster)

- Tenaga penebang yang semakin langka harus diantisipasi dengan mesin

- Perjanjian pengupahan yang layak bila tebang manual

- Sosialisasi mutu tebangan melalui Laku tebangan bagi PTR

- Training tentang tebangan MSB kepada seluruh jajaran bagian Tanaman.

3.3. Jadwal tebang

Atas dasar kemasakan tebu dan kebutuhan pasok tebu untuk digiling maka

tiap wilayah SKW wajib mematuhi hal-hal sebagai berikut :

- Jadual tebang berdasarkan urutan kemasakan tebu.(analisa) atau bisa

dengan sistim ranking. ( FK ,KP ,KDT dan Rendemen ).

- Jatah tebang berdasarkan kesepakatan PG dengan PTR di FTK yang dija-

barkan dalam FTK wilayah oleh SKW.

- Alat angkutan tebu sudah dipersiapkan dengan baik agar tidak terjadi tebu

“nglasah “ yang menyebabkan tebu wayu atau terjadi fermentasi.

- Setiap SKW hendaknya memiliki daftar nominasi kebun-kebun berupa data

kebun, luas, varietas tebu , masa tanam dan taksasi Maret yang valid agar

tidak terjadi penebangan tebu dari kebun yang salah ( atau seadanya?)

3.4. Pelaksanaan tebang angkut.
- Diusahakan tebangan dongkel atau paling tidak dibawah pangkal tebu

yang tertutup tanah ada yang ikut digilingkan

- Pengawasan mutu kebersihan tebangan oleh para Pengawas Tebang

Angkut (PTA) bekerja sama dengan PTR

- Pengawasan dikebun maupun diemplasemen dengan bekerjasama dengan

sopir truck pengangkut tebu.

3.5. Pengendalian sisa tebu pagi hari jam 06.00 di pabrik gula.

- Sisa tebu diemplasemen dan dikebun (lasahan) tidak boleh lebih dari

20 % untuk PG-PG yang lahannya relative kering dan sisa tebu boleh

diatas 20 % yaitu 30 % bagi PG-PG yang arealnya sulit / basah.

Pengendalian ini dilakukan oleh SKK-TA / Kepala Tanaman.

3.6. Reward and punishment

Agar terjadi motivasi maka diberlakukan sistim reward dan punishment

yang diatur sebagai berikut :

- Yang memenuhi criteria MSB diberikan reward (tambahan jatah)

- Yang tidak memenuhi criteria MSB dikenakan sangsi berupa pengurangan jatah / penghentian penebangan untuk sementara waktu .

- Reward juga bisa diberikan dalam bentuk lain.

3.7. Program rolling up

Pada kebun-kebun yang ternyata rendemennya rendah pada hari tersebut perlu diperiksa apakah yang menjadi penyebab utamanya.

- Mutu tebangan , varietas , masa tanam , dll.

- Keadaan kebun ( roboh / tidak ),

- Keadaan lahan ( berair atau tidak ),

Upaya-upaya yang harus segera dilakukan.

3.8. Pengelolaan Tebu Rakyat

Kebun-kebun TR juga harus dikelola dengan standard mutu yang benar untuk menunjang produktivitas.

Transfer teknologi kepada PTR harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar tingkat pendapatannya kompetitif dibandingkan dengan usaha tanaman yang lain ( Padi – polowijo ) sehingga tebu merupakan pilihan yang menguntungkan.

Proses tersebut diawali dengan:

- penyuluhan secara kelompok

- training bagi petani tebu rakyat

- mengikut sertakan dalam acara Latihan & Kunjungan

- melalui study banding

- brosur / leaflet

Ada perjanjian kerja yang jelas dan saling mengikat (kontrak giling).

Kemitraan pabrik gula dengan petani tebu rakyat ditingkatkan.